Senin, 10 Januari 2011

Artikel jalan-jalan di Cina

Surga dan Bumi di Xintiandi 

Pada sisi utara kawasan tertua Shanghai, terdapat distrik paling modern kota itu, Xintiandi. Sarat mode dan kehidupan malam, Xintiandi yang terdiri dari rumah-rumah petak batu yang direstorasi atau shikumen, adalah pusatnya hiburan, belanja dan kehidupan malam. Sesuai dengan namanya yang berarti “surga dan bumi yang baru”.


Tidak seperti distrik perkotaan Shanghai lainnya, Xintiandi terstruktur dan mudah dijelajahi. Jalan sempit berbatu menyempil di antara bangunan baru dari batu abu-abu, menyisakan sejarah kuno kota, sementara usaha setempat, termasuk kafe internasional, bar dan restoran kelas atas serta butik mewah, mengingatkan pengunjung bahwa inilah Shanghai masa depan.

Sangat mungkin untuk menghabiskan seharian penuh di Xintiandi, tapi jangan harap harga murah – belanja dan makan di sini bisa menyaingi pengeluaran di London dan New York. Ironisnya, shikumen di Xintiandi dulunya merupakan tempat pertemuan Mao Zedong dan pemimpin dari Partai Komunis China, tapi kini menjadi ikon kemewahan kapitalis, menarik pengunjung internasional dengan kesejahteraan kelas atas.
 

 
 

Belanja untuk Penyuka Mode

Xintiandi memang mempesona untuk berjalan-jalan dan, meski bisa menghabiskan waktu seharian di sini (apalagi jika Anda memiliki dompet tebal), saya sarankan untuk memulai dengan melihat-lihat butik. Banyak yang menampilkan campuran desain tradisional China
dengan motif modern untuk menghasilkan gaya Shanghai yang unik. Yang paling elegan adalah Shanghai Tang, salah satu merk eksklusif pertama China. Pakaian di Shanghai Tang adalah modifikasi modern dari mode China kuno, kebanyakan terdiri dari jahitan pola bahan sutra dan gaya baru busana tradisional. Di dekatnya, PH 7 adalah toko perhiasan lokal yang mengkhususkan pada gelang unik, kalung, dan anting-anting, terbuat dari perak dan dihiasi pola tradisional. Desainer busana China Coco Ma juga mengikuti tren avant-garde itu dengan Elements, sebuah toko pakaian ramah lingkungan yang membuat pakaian wanita dari bahan-bahan alami.

Sebagai kawasan khusus pejalan kaki, Xintiandi adalah satu dari sedikit tempat di Shanghai yang bebas mobil. Hasilnya, udara bersih dari sedikitnya polusi asap knalpot. Xintiandi terbagi menjadi dua, Blok Utara di mana banyak dijumpai bangunan tradisional, sementara shikumen mulai jarang terlihat di Blok Selatan, lebih banyak pusat perbelanjaan besar. Di dalamnya, pengunjung dapat menemukan pakaian gaya Barat, dari gaya uber-British merk raksasa United Colors of Benetton sampai merk Eropa
French Connection dan Giordano. Meski tidak murah, sulit  menemukan tempat yang lebih bergaya seperti ini di Shanghai. Dan itu penting.



Hidangan Mewah – dari Fusion sampai Tradisional China

Sangat mudah mencari makanan di Xintiandi. Terdapat satu blok penuh berisikan restoran gourmet, bistro dan tempat makan, apa pun dari fusion mewah sampai tradisional China atau makanan ala Barat. Kebanyakan restoran menawarkan tempat duduk luar ruang, khususnya di Blok Utara. Gerbang shikumen dan atap genting mengingatkan suasana masa lalu yang terlewat, lokasi prima untuk memandangi orang berlalu lalang, dari turis Barat, orang kaya China, penduduk setempat, dan orang-orang malam. Di Xintiandi, semuanya bersenang-senang, menikmati campuran Shanghai kuno dan modern.

Ada berbagai macam makanan lezat yang ditawarkan oleh Xintiandi. Munchies menawarkan hidangan ala Amerika seperti chili ala Cincinnati disajikan oleh staf yang mengenakan tie dye, sementara Aniseed menyajikan pho Vietnam terbaik. Beberapa restoran di Xintiandi benar-benar unggulan dari segi fusion, seperti TMSK yang menyebut dirinya “aliran baru kuliner Shanghai”, dengan kombinasi menarik masakan Prancis, China dan Italia, serta modifikasi baru hidangan tradisional. Sangat Shanghai.



Seni dan Museum

Jika Anda tidak lapar atau tak ingin berbelanja, masih ada sudut-sudut Xintiandi yang bisa didatangi, termasuk beberapa galeri seni, café yang nyaman dan Cineplex internasional UME di Blok Selatan. Cobalah chai berkrim di acara minum teh sore bergaya Jepang, dapatkan potong rambut gratis dari siswa salon Vidal Sasoon di Blok Utara atau temukan bagaimana kehidupan di Shanghai pada 1920-an lewat Museum Wulixiang Shikumen di Taikang Lu.

Anda juga bisa menghabiskan satu jam untuk memahami sejarah Xintiandi dengan mengunjungi tempat diadakannya Kongres Nasional CCP pertama, sebuah museum yang menceritakan siapa, apa dan kapan lahirnya Partai Komunis China.

Mencapai Xintiandi

Xintiandi sangat mudah untuk dicapai, dan saya yakin arsitek asal Amerika yang mendesain distrik itu (Benjamin Wood) memang bermaksud begitu. Gunakan Metro Red Line 1 menuju stasiun Huangpi Selatan dan berjalanlah ke arah selatan sekitar dua blok sampai atmosfir mempesona Xintiandi dan lorong batu batanya terhampar di depan mata


Menjelajahi Keriuhan Kowloon

Hong Kong adalah kota favorit saya di Asia. Percampuran Timur dan Barat, atmosfernya yang ‘gila’, keramaiannya, benar-benar tanpa tandingan. Salah satu yang suka saya lakukan dalam setiap perjalanan ke Hong Kong adalah berjalan-jalan di Kowloon. Aktivitas itu adalah pengalaman sensorik tersendiri: aroma pedas tajam dari saus XO di udara, deru mobil dan sepeda motor yang melintas, dengan trotoar yang terterangi dengan baik oleh lampu neon. Salah satu tempat favorit saya saat di Kowloon:



 
Photo credits - bortecristian

Taman Kota Benteng Kowloon

Taman yang tenang ini adalah lokasi bersejarah penting. Sebelumnya, taman ini adalah benteng pertahanan China untuk melindungi Teluk Kowloon dan merupakan mekanisme pertahanan strategis saat penjajahan Inggris di Kepulauan Hong Kong pada 1841. Ketika Teritori Baru itu disewakan ke Inggris pada 1898, benteng tetap ditempati oleh prajurit China; setahun kemudian mereka dipaksa keluar oleh Inggris karena kekosongan hukum. Sebidang tanah ini pun jatuh pada ketidakpastian legal, secara teknis tidak di bawah yurisdiksi China maupun Inggris. Di balik tembok benteng yang tersisa, muncul miniatur sebuah kota, penuh dengan pemukiman kumuh dan transaksi gelap. Pada 1994, kota miniatur itu dihancurkan dan dibuatlah taman indah seperti sekarang.

 
Photo credits - JoopDorrestejin

Nathan Road

Jalan pertama yang dibangun di Kowloon setelah pengambilalihan oleh Inggris adalah Nathan Road. Awalnya, jalan ini bernama Golden Mile, dan buat saya, maknanya masih sama seperti itu. Pada dua sisi jalan, terdapat beragam toko dan restoran murah, penanda neonnya memenuhi beberapa lantai gedung. MTR beroperasi di bawah Nathan Road dan merupakan tranportasi pilihan, saya lebih suka berjalan kaki beberapa kilometer dari Mong Kok ke Tsim Sha Tsui sambil mengunjungi beberapa toko untuk melihat barang-barang. Harganya tidak semurah di pasar tetapi tampilannya lebih menarik.


 
Photo credits - ronocdh

Pasar

Tentu saja, pasar yang tersohor. Setiap kisah tentang Kowloon tidak akan lengkap tanpa memasukkan pasar. Jalur belanja favorit saya adalah Pasar Malam, di Temple Street. Anda harus menjelajah ke bagian utara Jordan Road, melewati peramal-peramal yang terkenal – beberapa kios di sini memberikan penawaran terbaik. Untuk menjaga stamina, beranikan diri dan belilah jajanan dari kios di pasar. Biasanya memang tidak ada menu berbahasa Inggris, tetapi akan ada salah satu staf yang dapat berbahasa Inggris dengan baik dan membantu Anda memilih. Anda tidak akan rugi dengan mie atau seafood.


 
Photo credits - loss in MK

Kembali ke Pulau Hong Kong

Cara terbaik untuk bepergian dari Hong Kong ke Kowloon adalah dengan Star Ferry. Dengan harga sangat murah, malah bisa dibilang hampir gratis, Anda akan mendapat udara segar (yang stoknya sangat terbatas di Hong Kong), dan pemandangan fantastis. Tetapi, jika Anda berada di sekitar lokasi pada jam 19.45, pastikan untuk memesan tempat terlebih dahulu. Pada jam 20.00, Anda bisa menikmati pertunjukan cahaya Symphony of Lights. Memang sih, pertunjukan itu bisa terasa norak, khususnya musiknya, tetapi duduk di kapal di tengah pelabuhan Hong Kong, seakan membuat kaki langit di depan Anda terhampar tanpa batas.


Hidangan Pedas Szechuan

Provinsi di bagian Barat China ini terkenal secara internasional lewat kenikmatan makanannya. Masakan khas Szechuan sering menonjolkan permainan bumbu-bumbu yang berani, seperti rasa pedas yang ekstrim, biasanya hasil dari penggunaan paprika, bawang putih dan cabai yang banyak, terutama keunikan rasa merica Szechuan. Hasilnya adalah aroma harum mirip jeruk, dan lidah yang sedikit mati rasa. Berikut adalah beberapa makanan pedas khas Szechuan yang dijamin akan menguji batas ketahanan Anda akan pedas.

 
Photo credits - wang_qian_021389

Gong Bao Ji Ding (Kung Pao Chicken)

Gong Bao Ji Ding atau lebih dikenal dengan Ayam Kung Pao, adalah masakan klasik dalam hidangan Szechuan. Makanan ini mengambil nama Gubernur Szechuan pemimpin Dinasti Qing (abad ke-19), Ding Baozhen, yang kabarnya sangat menggemari hidangan ini - Gong Bao adalah gelar resminya. Campurannya adalah ayam yang diiris tipis (atau seperti dadu), kacang tanah, dan cabai merah, ditutup dengan saos asam manis. Ayam dan daun bawangnya saling melengkapi, sementara kacang menambah kegaringan dalam penyajian.

 
Photo credits - mmm-yoso

Bebek Zhangcha (Tea-smoked Duck)

Bebek Zhangcha, atau Bebek asap-teh, adalah hidangan wajib Szechuan. Namun, sangatlah sulit membuatnya, maka hidangan ini biasanya hanya ada pada pesta-pesta atau perayaan. Pertama, bebeknya direndam selama beberapa jam, kemudian diolesi campuran rempah-rempah di bagian dalam dan luarnya. Setelah melakukan semua itu, bebek dimasukan sebentar ke dalam air mendidih, lalu segera dikeringkan. Ini untuk menjamin agar kulit bebek tetap garing saat digoreng. Kemudian bebek diasapi dengan daun teh hitam, ranting dan daun, kemudian dikukus selama 10 menit sebelum digoreng.


 
Photo credits - chinkerfly

Hui Guo Rou (Babi Dimasak Dua kali)

Sesuai dengan namanya, hidangan ini harus melalui dua kali proses pemasakan sebelum disajikan. Pertama, potongan besar iga babi direbus dalam air panas dengan bumbu irisan jahe dan garam. Lalu, iga dipotong menjadi bagian-bagian lebih kecil, digoreng sebentar dengan sedikit minyak di wajan yang sudah dipanaskan, lalu disajikan dengan kubis dan paprika. Hidangan ini konon berasal dari Dinasti Qing, ketika Kaisar Qianlong meminta pesta di salah satu desa yang ia kunjungi. Kemudian karena penduduk desa tidak memiliki bahan-bahan untuk dimasak, maka mereka mengumpulkan berbagai sisa bahan makanan dan memasaknya kembali, yang akhirnya melahirkan istilah "dimasak dua kali".

 
Photo credits - avlxyz

Mapo Doufu

Mapo Doufu, atau Tahu Mapo, adalah satu lagi hidangan khas Szechuan. Tahu dimasak dengan saus berbasis cabai dan kacang, ditutup dengan daging cincang, biasanya daging babi atau sapi. Makanan ini memiliki rasa pedas yang kuat, sebaiknya dihidangkan saat panas. Kepedasannya, tergabung dengan rasa saus kacang yang khas, akan menghasilkan tujuh karakteristik yang sering digunakan para koki untuk menggambarkan hidangan ini: mati rasa, menyengat, panas, segar, lembut dan halus, aromatik dan renyah.

 
Photo credits - panduh

Steamboat atau Hot Pot

Di Szechuan, ini merupakan versi China dari sukiyaki Jepang. Seperti beragam hidangan Szechuan lainnya, rasa pedas ditambahkan dalam varian ini. Proses memasak adalah bagian dari memakan makanan ini, menggunakan panci logam berisi kaldu pedas mendidih dan bahan-bahan lain, masakan itu dimasak di depan Anda. Hidangan khas hot pot itu termasuk daging yang diiris tipis, sayuran, jamur, pangsit, seafood dan tahu. Makanan yang telah matang biasanya disantap menggunakan saus celup dan nasi.

 
Photo credits - FotoosVanRobin

Shuizhu

Nama Shuizhu secara harfiah berarti "irisan daging yang direbus air". Masakan Szechuan ini secara perlahan semakin populer di China juga negara-negara lain. Daging direbus singkat, hanya sekitar 20-30 detik sudah cukup untuk mematangkan sekaligus menjaga
tekstur lembut dan halus. Setelah ditiriskan, daging lalu disajikan dengan sayuran, cabai kering, merica, bawang putih dan bumbu lain, ditaruh di atasnya. Kemudian, daging disiram dengan minyak sayur panas sebelum dihidangkan. Yang membuat hidangan ini unik adalah kelembutan daging adalah hasil dari merebus, bukan menggoreng, juga kombinasi kesegaran sayuran dan rasa pedas dari cabai.


Mengupas Kota Kecil di Cina

Jam 2 siang. Sinar matahari bulan April menyinari wajahku lebih panas daripada seharusnya dan bulir keringat mulai membasahi punggung. Debu mengepul dari lokasi pembangunan di dekatku saat aku dan temanku berjalan tanpa tujuan di jalanan di Hengdian, sebuah kota kecil di Provinsi Zhejiang yang seharusnya menjadi ‘Hollywoodnya Cina’.

Ternyata ini bukan Hollywoodnya Cina, lebih mirip seperti deretan setting film yang tersebar sampai ke ujung kota, mustahil dijelajahi dengan berjalan kaki. Aku dan temanku baru saja menyantap pizza dengan jagung manis dan kacang polong untuk makan siang, paspor kami tertinggal dan kami tidak punya tempat bermalam.


Jam 9.25 malam. Supir taksi dari Yiwu menurunkan kami di depan sebuah bar. Dia meyakinkan kami bahwa itu adalah “bar Inggris”. Itu tidak masalah, tetapi tulisan di tandanya beraksara Cyrillic. Tetap saja kami hanya punya satu paspor, kami 200 km dari rumah dan dengan tertinggalnya paspor berarti kami tidak akan bisa dapat hotel malam ini.

Ada taman kota yang memutar sebuah film di layar besar secara gratis. Sayang sekali dalam bahasa Cina, dan sangat disayangkan ada gelandangan telanjang yang baru saja kami lewati. “Itu ada bar,” kata temanku. Berarti bir untuk tiga jam ke depan.
 



Beberapa pengalaman terbaik dan paling saya kenang didapat dari menjelajahi kota-kota kecil di Cina. Jangan salah paham, saya juga punya cerita tentang berarung jeram di Utah dan berkendara di jalan Selandia Baru dengan ayah saya, hanya saja Cina sangat…aneh. Dan kota-kota kecil di Cina bahkan lebih aneh!

Bukannya Anda tidak akan mendapat pengalaman yang indah dan mengubah hidup di tempat-tempat seperti Beijing, Xi’an dan Shanghai – saya suka menyebutnya Segitiga Emas Wisata di Cina – tetapi, menjelajahi kota kecil di Cina telah membawa keanehan tersebut ke tingkat tersendiri!



Menurut saya, ada tiga jalur utama berwisata di Cina. Pertama dan yang paling menonjol adalah Segitiga Emas tersebut. Dua jenis pejalan melewati jalur paling mendasar ini, kelompok paruh baya dengan paket tur yang sudah sudah dipesan sebelumnya dan backpacker yang tidak punya banyak waktu. Jalur lain termasuk kota-kota provinsial besar seperti Hangzhou (disebut ‘surga di bumi’ oleh Marco Polo), Qingdao (karena tiap orang suka bir) dan Guangzhou (untuk masakan Canton yang selalu populer, dim sum). Termasuk juga beberapa lokasi terkenal di Cina seperti Gunung Kuning (Yellow Mountain) dan Pelayaran Tiga Ngarai Sungai (Three Gorges River
Cruise).

Kota kecil yang jarang terdengar dan juga desa-desa kecil adalah jalur terakhir. Kebanyakan orang tidak mengambil jalur ini karena tidak punya waktu atau terhalang oleh pola pikir mereka – karena, jujur saja, menjelajahi Cina bukan perkara mudah walaupun Anda dapat berbicara Mandarin. Sayang sekali, karena kota kecil di Cinalah yang menawarkan kepuasan berperjalanan saat Anda menjelajahi negara itu.



Petualangan saya di kota-kota kecil di Cina telah membawa saya melewati Dataran Mongolia dengan mengendarai kuda, ke daerah penghasil anggur di barat tempat saya makan malam di bawah atap tanaman anggur, mengunjungi perkemahan dan benteng dari zaman revolusi Mao dan menaiki kapal malam hari di Laut Cina Timur. Intinya, petualangan-petualangan tersebut telah mengajarkan saya betapa sebenarnya luas dan beragamnya negara yang kelihatan mono-kultural ini, dan betapa indahnya berpetualang dalam perjalanan.

Jam 3 pagi. Kami berada di kereta yang berjalan lambat menuju Hangzhou, tetapi kami tidak mendapatkan tempat duduk pada jam semalam ini, jadi kami menjejalkan diri ke kursi dan berpura-pura tidur. Karena kami adalah orang asing, 320 penumpang lainnya tampak tidak terlalu kesal dengan upaya mencuri kursi itu. “Pejamkan mata dan mungkin malam ini akan cepat berakhir.” Aku membawa uang 50 palsu dari kembalian yang diberikan oleh supir taksi tadi. Sudah terlalu gelap untuk melihat bahwa itu adalah uang palsu.
Jam 6.30 pagi. Fajar mulai menyingsing di antara gedung-gedung tinggi Hangzhou. Bis pertama yang membawa kami ke kota kecil yang kami anggap rumah ini berangkat dari stasiun bis di sebelah utara dalam tiga puluh menit. Cukup waktu untuk perjalanan dengan taksi dari kafe internet tempat kami menghabiskan satu jam terakhir. Mungkin aku akan tidur sepanjang hari.


Shanghai Modern – Taikang Lu

 Di sebelah selatan kawasan Old French Concession, Taikang Lu (lu berarti "jalan" dalam bahasa China) membentang dari timur ke barat di lingkungan kelas menengah Shanghai. Daerah yang tidak berbeda jauh dengan Xintiandi, distrik ini dipenuhi gang-gang kecil tempat pakaian masih di jemur di luar dan para orang tua duduk di pinggir jalan untuk bermain majiang sampai sore hari. Taikang Lu awalnya didesain sebagai distrik seni pada 1998 ketika sebuah pabrik permen bobrok direnovasi menjadi International Artists Factory.



Perbedaan antara Taikang Lu dengan jalan-jalan tua lain di Shanghai adalah bahwa saat ini Taikang Lu menjadi rumah bagi puluhan galeri seni, restoran, dan butik mewah yang melayani kerumunan bohemia kota. Sedangkan gang-gang di sekitarnya merupakan campuran aneh dari perdangangan Shanghai baru yang mewah, dan penduduk lama yang enggan menerima perubahan di sekitar mereka, tetap bertahan untuk tinggal di lingkungan yang dulunya kumuh itu.

Meski agak susah ditemukan, Taikang Lu menjadi tempat nongkrong para ekspatriat, orang muda Shanghai bergaya Barat, serta seniman lokal. Bila Anda menghabiskan sore dengan menikmati secangkir kopi di belakang gang padat distrik ini, Anda mungkin lebih merasakan suasana seperti di piazza Italia dari Shanghai kuno. Sementara Xintiandi menawarkan tempat belanja untuk kalangan atas, butik kecil
Taikang Lu dan toko-toko berseni menghadirkan berbagai pakaian karya desainer lokal, keramik, furnitur dan tentu saja karya seni.
Selain belanja, makan di wilayah Taikang Lu mungkin menjadi daya tarik terbesar. Bersantai di Taikang Lu sambil menikmati gang-gang bernuansa Eropa yang bercabang dari jalan utama membuat wilayah ini menjadi tempat menyenangkan untuk melepaskan diri dari keriuhan Shanghai. Anda pun akan terpindahkan ke dunia dengan kafe-kafe pinggir jalan, brasserie Prancis dan kedai kopi yang artistik. 

Belanja

Pada kunjungan pertama saya ke Taikang Lu, saya langsung menuju rumah seni orisinil di daerah tersebut, International Artists Factory, sebuah bangunan 4 lantai yang terletak jauh dari jalan utama di Lane 210. NEST adalah peritel mahal di lantai 2, yang
menyediakan pilihan berseni dari segala macam barang, mulai tas sampai pakaian anak-anak. Roger & Guy lebih merupakan toko aksesoris di mana Anda dapat menemukan lilin beraroma, hiasan, lampu-lampu unik dan perlengkapan bohemian lainnya. Beberapa jalur lain sepanjang Taikang Lu layak untuk ditelusuri, tapi Lane 210 memiliki pemusatan terbesar toko. INSH, yang berarti "in Shanghai", telah menjadi merek lokal legendaris.



Makanan

Lane 210 adalah tempat terletaknya restoran paling terkenal di seluruh Taikang Lu, Kommune. Kafe ikonik ini, disebut sebagai pusatnya persimpangan kreativitas Shanghai, adalah tempat untuk melihat dan dilihat bagi para seniman kota dan kerumunan hipster.

Tapi jika Anda benar-benar lapar, datang ke Lane 248, yang memiliki pilihan makanan terbanyak di daerah tersebut. Gang sempit itu dipenuhi campuran dari masakan internasional, bar dengan meja yang diletakan di luar. Saya mampir di Miss Ginger, sebuah kafe yang enak dijadikan tempat bersantai, untuk mengistirahatkan kaki yang lelah dan minum secangkir teh kental sambil duduk di meja luar, menyaksikan dunia yang terus bergerak. 'Saudara' kafe ini adalah restoran Ginger Indochine, yang menyajikan masakan fusion Asia.

Tentu saja, perjalanan tidak akan lengkap tanpa mencoba masakan lokal. Di Shanghai, dim sum merupakan salah satu kuliner terkenal yang tidak boleh Anda lewatkan.

Barang Seni

Mengunjungi Taikang Lu tak akan lengkap tanpa mengeksplorasi hal yang mengawali kehebatan daerah ini: seni. Dan di sini, Anda dapat
menemukan apa pun dan semuanya. Saya menuju ke Shirt Flag, yang terletak di Lane 210 dan menyimpang berbagai jenis perlengkapan bergaya Komunis 'baru'. Intens dan menarik, tas Chairman Mao mereka tidak terlalu norak dibandingkan tas yang dijajakan seharga ¥10 di tempat lain.

Tempat lain yang layak didatangi adalah Tune Long, galeri foto yang menampilkan karya-karya foto mengenai kehidupan sehari-hari di China dalam ukuran besar, The Pottery Workshop (tempat pembuatan tembikar) untuk keramik dan mug, ChinArt Gallery di Lane 200, yang merupakan ruang untuk seni multimedia, dan tidak jauh dari tempat itu terdapat Music Pavilion. 

Cara ke Sana

Tidak seperti Xintiandi, Taikang Lu tidak begitu mudah dijangkau. Anda sebaiknya mengunakan Metro Red Line 2 dan turun di stasiun South Shaanxi Road South dan menggunakan pintu keluar 4. Berjalan dua blok ke arah timur di Huaihai Road dan berbelok ke kanan menuju Ruijin Road, jalan terus ke selatan sampai menemukan Taikang Lu. Banyak yang mengatakan, perjalanan itu memakan waktu sekitar 20 menit. Pilihan lain yang lebih mudah dan cepat adalah, Anda memanggil taksi dari mana saja di Shanghai dan bilang "Taikang Lu".

Tentang Penulis

Megan Eaves adalah penulis perjalanan freelance dan pencinta China. Dia guru bahasa Inggris di sebuah kota kecil di Provinsi Zhejiang, tempat hari-harinya diisi dengan membetulkan kesalahan tata bahasa, membunuh lebah, dan dipelototi oleh orang lokal.
Megan sudah berperjalanan ke Tembok Besar sampai Gurun Gobi, dan tidak takut untuk menuliskannya. Dia juga menulis buku berjudul "This is China: A Guidebook for Teachers, Backpackers and Other Lunatics”. Dia, tentu saja, punya situs: http://www.meganeaveswriting.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar